Selain Pandemi Covid-19, Sri Mulyani Peringatkan Risiko Baru bagi Perekonomian

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kiri) berbincang dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) usai pertemuan Joint Finance and Health Ministers Meeting (JFHMM) G20 Indonesia di Sleman, DI Yogyakarta. Dalam kesempatan terpisah, Sri Mulyani menyebutkan dunia terancam resesi akibat perang dan efek lanjutan pandemi./ANTARA FOTO - Hendra Nurdiyansyah
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperingatkan bahwa dunia tengah menghadapi risiko baru, di tengah pemulihan dan penanganan pandemi Covid-19 yang kian membaik. Risiko baru tersebut dikhawatirkan dapat mengancam outlook maupun proses pemulihan. 

"Kondisi perekonomian  juga mulai aktif namun kita melihat risiko baru. Risiko baru yang muncul di dalam perekonomian dunia tentu akan mengancam outlook atau proses pemulihan," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita Juni 2022, dikutip Jumat (24/6/2022).

Dia mengatakan beberapa risiko yang akan mengadang seperti efek lanjutan pandemi Covid-19 di bidang ekonomi. Sejumlah negara yang merespon kondisi pandemi dengan menerapkan kebijakan sangat ketat seperti China dengan zero Covid policy dan adanya lockdown di beberapa kota menekan perekonomian global.

Risiko selanjutnya berasal dari perang antara Ukraina dan Rusia yang telah memicu harga-harga komoditas meningkat tajam. Akibatnya, disrupsi sisi supply yang sudah terjadi pada saat pandemi, kian mengalami kendala yang berkepanjangan dan menyebabkan tekanan inflasi global meningkat.

Kondisi ini kemudian direspon dengan pengetatan moneter. Pada saat yang sama, ruang fiskal di banyak negara sudah terpakai secara luar biasa pada saat pandemi, sehingga ruang fiskal mereka makin terbatas dengan adanya masalah baru tersebut. Risiko baru tersebut telah menyebabkan berbagai lembaga-lembaga internasional melakukan revisi ke bawah proyeksi ekonomi di 2022 dan bahkan 2023.

IMF (International Monetary Fund) telah memproyeksi ekonomi dunia tumbuh di 3,6 persen di 2022. Angka tersebut jauh lebih rendah sekitar 0,8 percentage point dibandingkan proyeksi sebelumnya yang berada di atas 0,4. 

Demikian halnya dengan Bank Dunia. Tahun ini, ekonomi global diprediksi hanya di 2,9 persen atau turun 1,2 persen. 

"Inilah yang perlu terus kita monitor, waspadai dan respon," ujarnya.(Bisnis.com)


No comments

Powered by Blogger.