Dilema Ganjar Pranowo: Bertubi "Diserang" PDI-P, Kini Dilirik Partai Lain

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat tinjauan kesiapan arus mudik di GT Kalikangkung Semarang, Rabu (27/4/2022)(KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA)

JAKARTA - Nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo belakangan kian populer. Menurut survei berbagai lembaga, elektabilitasnya terus merangkak naik, mengungguli sejumlah nama seperti Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. 

Modal besar ini membuat Ganjar digadang-gadang menjadi calon presiden potensial untuk Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. Namun, hingga kini, PDI Perjuangan sebagai partai yang menaungi Ganjar belum juga memberikan sinyal restu.

Malahan, partai banteng itu berulang kali diterpa isu rivalitas internal antara Ganjar dengan putri mahkota partai, Puan Maharani. Tak hanya itu, jajaran elite PDI-P juga beberapa kali "menyerang" Ganjar karena dinilai terlalu berambisi untuk maju di pilpres. Atas situasi tak menentu ini, tak heran jika partai lain melirik Ganjar, membuka peluang untuk "meminang" sosok Gubernur Jawa Tengah itu.

"Serangan" bertubi

Bukan sekali saja Ganjar disentil oleh partainya sendiri. Terbaru, politisi PDI-P yang juga loyalis Megawati Soekarnoputri, Trimedya Panjaitan, terang-terangan menyebut Ganjar ambisius untuk maju di Pilpres 2024. Padahal, menurut Trimedya, kinerjanya selama menjadi gubernur dipertanyakan.

"Ganjar apa kinerjanya 8 tahun jadi Gubernur selain main di medsos apa kinerjanya?" kata Trimedya dalam keterangannya, Rabu (1/6/2022). 

Trimedya juga membandingkan kinerja Ganjar dengan Puan Maharani. Oleh Trimedya, Puan disebut berhasil, mulai dari menjadi Ketua Fraksi PDI-P di DPR RI di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) di periode pertama pemerintahan Jokowi, dan kini menjadi Ketua DPR RI. 

Bagi Trimedya, langkah Ganjar yang gencar bermanuver untuk Pilpres 2024 sudah kelewat batas. Bahkan, dia menilai Ganjar kemlinthi atau dalam istilah Jawa berarti sombong atau congkak. 

“Kalau kata orang Jawa kemlinthi ya, sudah kemlinthi dia, harusnya sabar dulu dia jalankan tugasnya sebagai gubernur Jateng dia berinteraksi dengan kawan-kawan stuktur di sana DPD DPC DPRD provinsi DPRD kab kota, itu baru,” ujarnya.

Puan Maharani juga berulang kali melempar sindiran tajam soal pemimpin yang hanya tampil di media sosial. Asumsi publik, sindiran ini dialamatkan buat Ganjar. 

"Terkadang-kadang itu kita suka yoweslah (yasudahlah) dia saja asal ganteng, dia saja yang dipilih asal bukan perempuan, dia saja walau tidak bisa apa-apa yang penting kalau di sosmed dan tv nyenengin. Tetapi tidak bisa kerja dan nyenengin rakyat. Mau enggak kayak itu,” kata Puan di depan ribuan kader PDI-P Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Selasa (26/4/2022).

Puan juga sempat angkat bicara soal banyaknya survei elektabilitas calon presiden yang memetakan elektabilitas para tokoh. Menurut survei, tokoh dengan elektabilitas rendah diprediksi sulit memenangkan pilpres. Ketua DPR RI itu mengatakan, survei tersebut bisa jadi benar. Namun, PDI-P punya jaringan dan perangkat yang tidak diperhitungkan oleh survei. 

"Survei itu betul karena jadi salah satu hal yang dipertimbangkan, tetapi kita PDI-P punya jaringan dan perangkat kadangkala tidak masuk dalam survei. Jangan terpengaruh dalam survei,” tutur putri Megawati Soekarnoputri itu.

Ganjar pun beberapa kali tak diundang di acara internal partainya, misalnya di HUT PDI-P ke-48, Mei 2021 lalu. Kala itu, Ketua DPD PDI-P Jawa Tengah Bambang Wuryanto blak-blakan mengatakan bahwa tidak diundangnya Ganjar adalah karena dia kelewatan berambisi maju di Pilpres 2024.

"Tidak diundang! (Ganjar) wis kemajon (kelewatan). Yen kowe pinter, ojo keminter (Kalau kamu pintar, jangan sok merasa pintar)," kata Bambang, Sabtu (22/5/2021).

Dilirik partai lain


Modal elektabilitas besar dan belum pastinya sikap PDI-P akhirnya membuat Ganjar dilirik sejumlah partai. Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) misalnya, terang-terangan membuka kemungkinan untuk mengusung Ganjar di pilpres. Meski telah berkongsi, koalisi yang terdiri dari Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu hingga kini memang belum menentukan nama calon presiden (capres) yang akan diusung. 

"Ada yang tanya kalau dari luar (KIB), jangan-jangan ini koalisi untuk Pak Ganjar Pranowo, oh bisa juga," kata Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dalam acara Silaturahmi Nasional KIB, Sabtu (4/6/2022). 

Selain Ganjar, kata Zulkifli, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga sangat mungkin diusung Koalisi Indonesia Bersatu sebagai capres. Berbagai peluang terbuka lebar lantaran KIB belum mendiskusikan soal nama calon presiden. 

"Ada lagi yang tanya jangan-jangan ini koalisi untuk Pak Anies? Bisa juga. Kok semua bisa? Karena kami memang belum membicarakan soal capres dan cawapres," ujarnya.

Kendati demikian, Zulkifli menyebut, KIB juga mempertimbangkan nama-nama di internal partai koalisi seperti Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa. Akhir Mei lalu, PAN juga sempat memberi isyarat bahwa Koalisi Indonesia Bersatu terbuka untuk mengusung Ganjar sebagai capres. Namun demikian, Ketua Fraksi PAN Saleh Partaonan Daulay mengatakan, koalisinya masih menunggu langkah PDI-P, partai yang kini menaungi Ganjar. 

“Kalau Ganjar dia emang kuat, hasil survei bilang begitu. Tapi PDI-P kan belum gabung. Jadi kita tidak bisa sebut dia capres takutnya PDIP-nya yang nggak mau,” kata Saleh dikutip dari Kompas TV, Selasa (24/5/2022). 

“Tapi kalau Pak Ganjar mau jadikan kami motor, ya silakan kami terbuka untuk diskusi,” ujarnya.

Kode keras PDI-P

Terkait sinyal sejumlah partai yang hendak "membajak" Ganjar, Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Hasto Kristiyanto bereaksi keras. Ia menyatakan bahwa sejatinya tugas partai adalah menggembleng kadernya sendiri, bukan merebut kader partai lain. 

"Partai punya tugas untuk menggembleng setiap anggota dan kadernya, bukan membajak kader dari partai lain, dan itulah bagian dari prinsip yang harus dikedepankan," kata Hasto saat ditemui di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (10/6/2022). 

Hasto menyebutkan, PDI-P tak menginginkan adanya salip menyalip antarpartai politik. Dia mengeklaim, partainya memiliki prinsip gotong royong dalam politik. 

"Menyelesaikan masalah rakyat yang begitu banyak dan (jadi) tanggung jawab kita bersama. Itu yang didorong oleh PDI Perjuangan," kata dia.

Hasto sendiri sempat membantah bahwa hubungan partainya dengan Ganjar tidak baik-baik saja. Dia menyebut, tak ada keretakan antara PDI-P dan Gubernur Jawa Tengah itu. 

"Renggang, jauh, dekat itu kan persepsi, suatu skenario politik yang digalang pihak lain," ujarnya. 

Hasto pun menegaskan bahwa PDI-P masih menunggu arahan dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri soal calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung partainya di 2024. Hingga kini, partai banteng itu belum memberi sinyal siapa sosok yang bakal mereka usung.

"Jadi urusan pilpres ini ibu ketua umum," kata Hasto.

Punya peluang

Melihat ini, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor menilai, Ganjar masih mungkin diusung PDI-P sebagai capres. Firman menyebut, PDI-P punya sejarah memutuskan untuk mengusung calon tertentu sebagai capres di menit-menit akhir, seperti ketika mengusung Jokowi di Pilpres 2014. 

“Ya kita lihat peluang-peluang itu tidak betul-betul mati. Apalagi politisi biasa melakukan akrobat. Jadi kalau sekarang masa-masa menahan diri, semua masih kukuh untuk jadi number one (capres),” kata Firman pada Kompas.com, Jumat (3/6/2022).

Di sisi lain, Firman berpandangan, saat ini internal PDI Perjuangan masih belum solid. Beberapa elite partai yang dekat dengan Megawati memberikan dukungan pada Puan Maharani. Sementara, elite lain yang berada di lingkaran kedua dan ketiga partai diduganya lebih memilih Ganjar. 

“Saya yakin di second layer dan third layer elite (PDI-P) hatinya terbelah, yang first layer elite mereka kan all Mega’s man, enggak mungkin menentang terbuka atau ketahuan berbeda loyalitas,” tuturnya.

Sementara, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam berpendapat, meski elektabilitas Ganjar menjanjikan, belum tentu dia diusung PDI-P sebagai capres. Ini melihat sentilan-sentilan internal PDI-P ke Ganjar setahun terakhir. 

Umam menduga, langkah Ganjar safari politik ke berbagai daerah tak diimbangi dengan kontribusi membangun partai. Ganjar terlalu fokus membangun citra diri, hingga mengesampingkan tugas kepartaian yang diamanatkan kepadanya.

Padahal, kader dan elite PDI-P lainnya bekerja siang malam mengelola, menata, dan mengonsolidasikan partai. Namun, Ganjar yang tidak banyak berkeringat untuk partai itu justru digadang-gadang menjadi calon presiden karena punya modal elektabilitas tinggi dan persepsi publik yang baik.

Oleh karenanya, menurut Umam, wajar jika sejumlah kader dan elite partai banteng jengkel karena merasa dilangkahi oleh Gubernur Jawa Tengah itu. 

"Karena itu, narasi serangan 'pemimpin medsos', 'kemajon', 'kemlinthi' muncul dari berbagai elit PDI-P," kata Umam kepada Kompas.com, Rabu (8/6/2022). 

Tak hanya itu, lanjut Umam, jika akhirnya PDI-P mengusung Ganjar sebagai capres, maka mata rantai kepemimpinan trah Soekarno akan terputus. Padahal, di internal PDI-P ada Puan Maharani, yang tak lain adalah putri Ketua Umum Megawati Soekarnoputri sekaligus cucu Soekarno. 

"Semua itu mengonfirmasi begitu rapuhnya akar politik Ganjar di PDIP saat ini," tutur dosen Universitas Paramadina itu.(KOMPAS.com)


No comments

Powered by Blogger.