Ekonomi Indonesia Diproyeksi Tumbuh Lebih Tinggi di Kuartal II, Ini Penyebabnya!

Karyawan menata buah yang di pajang di salah satu super market di Jakarta, Rabu (9/9/2020). Bisnis - Abdullah Azzam

JAKARTA — Perekonomian Indonesia pada kuartal kedua tahun ini diproyeksi akan meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan pada kuartal kedua memang mengarah ke angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian pertumbuhan pada kuartal pertama tahun 2022. 

“Kami memproyeksikan kisaran pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua akan berada di kisaran 5,2 hingga 5,3 persen secara tahunan,” katanya kepada Bisnis pekan lalu.

Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi pada kuartal tersebut yaitu peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang meningkat ke level tertinggi sepanjang pandemi Covid-19, yaitu mencapai 128,9.

Yusuf menjelaskan, capaian IKK tersebut mengindikasikan kelanjutan dari proses pemulihan ekonomi terutama pada kuartal kedua, apalagi perbaikan IKK tercatat hampir di semua kelompok masyarakat, sehingga menggambarkan pemulihan ekonomi dari beragam kelompok masyarakat. Di samping itu, kenaikan IKK juga tidak terlepas dari momentum Ramadan yang mendorong kenaikan konsumsi masyarakat sepanjang periode tersebut.

“Pada saat yang bersamaan, kita melihat tren penurunan kasus berlanjut dan pemerintah juga memperlonggar restriksi mobilitas masyarakat. Dengan pelonggaran ini aktivitas perekonomian juga jauh lebih bergeliat dibandingkan tahun lalu khususnya ketika Ramadan dan Idulfitri terjadi,” jelasnya.

Kinerja penjualan eceran pada April 2022 juga tercatat tumbuh tinggi, sebesar 16,5 persen secara bulanan, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tumbuh 2,6 persen secara bulanan. Penjualan eceran pada Mei 2022 diperkirakan tetap tumbuh, meski melambat menjadi sebesar 0,2 persen secara bulanan. 

Dari sisi produksi, PMI manufaktur Mei 2022 juga tercatat masih berada zona ekspansi meski melambat ke level 50,8. Yusuf berpandangan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga, pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi ke depan, masih akan menghadapi tantangan, terutama dipengaruhi oleh tingginya inflasi global yang dikhawatirkan akan mempengaruhi kondisi inflasi di dalam negeri. 

“Kalau melihat kondisi saat ini, harga komoditas dan beberapa harga pangan tengah berada dalam tren kenaikan, sehingga jika tren ini berlanjut dan terjadi dalam jangka waktu yang panjang maka akan ikut mempengaruhi harga komoditas yang bersangkutan dan pangan di dalam negeri,” jelas Yusuf.(Bisnis.com)


No comments

Powered by Blogger.