Protes Harga Anjlok, Petani Sawit 22 Provinsi Bakar Tandan Buah Segar

Petani sawit di 22 provinsi aksi dengan membakar tandan buah segar untuk memprotes kejatuhan harga yang dipicu kebijakan ekspor pemerintah yang berubah-ubah. (CNN Indonesia/Safir Makki).

JAKARTA -- Petani sawit di 22 provinsi membakar tandan buah segar (TBS) sawit.  Berdasarkan video di akun YouTube Apkasindo, petani yang membakar TBS tersebar di sejumlah daerah seperti Sumatera Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Utara.

"Sehubungan dengan semakin anjloknya harga sawit dan tak menentunya ekspor dan tender di KPBN yang berdampak semakin anjloknya harga TBS petani. Maka kami petani sawit memohon kepada Bapak Jokowi dan Moeldoko, selamatkan kami petani sawit Indonesia pak," ujar petani.

Sementara itu Ketua DPW Asosiasi Petani Sawit Indonesia (Apkasindo) Banten H. Wawan Jaro yang dikonfirmasi CNNIndonesia.com menyatakan aksi pembakaran diikuti petani di 22 provinsi. Aksi tersebut dilakukan untuk memprotes kejatuhan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit.

Sementara itu Ketua DPW Asosiasi Petani Sawit Indonesia (Apkasindo) Banten H. Wawan Jaro yang dikonfirmasi CNNIndonesia.com menyatakan aksi pembakaran diikuti petani di 22 provinsi. Aksi tersebut dilakukan untuk memprotes kejatuhan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit.

Menurutnya, meski pemerintah sudah membuka kembali keran ekspor CPO dan minyak goreng, harga TBS masih anjlok dari Rp3.300 hingga Rp1.700 per kg. Kejatuhan harga merupakan imbas dari pembelian Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN yang hanya menerima 50 ton TBS dari petani.

"Ya, karena murah dan tidak diterima PKS PTPN, hanya terima 50 ton per hari. (Sebelumnya) enggak dibatasi," ujar Wawan, Rabu (15/6).

Kejatuhan harga juga disampaikan petani kelapa sawit di Kalimantan Tengah. Menurut mereka, kini harga tandan buah segar (TBS) sawit anjlok di kisaran Rp800-Rp1.000 per Kg. Padahal, Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kalimantan Tengah Gusto Adrianus mengatakan harga normal TBS sawit sekitar Rp3.000 per Kg.

Tak hanya TBS sawit yang anjlok, minyak sawit mentah (CPO) juga mengalami penurunan. Padahal, Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Apkasindo Kalteng Hatir Sata Tarigan menyebutkan harga CPO sebenarnya sedang menjulang tinggi.

Saat ini, harga CPO di Malaysia dibanderol Rp5.300 per Kg. Namun di Indonesia, harganya Rp1.800 per Kg.

"Ini sungguh ironis, di saat rakyat kita harusnya mencapai kesejahteraan itu, petani sawit justru menderita dengan harga jual TBS sawit yang anjlok," katanya dilansir Antara, Rabu (15/6).

Lain halnya dengan kondisi di Mukomuko, Bengkulu. Di sana, harga TBS sawit turun hingga Rp200 per Kg pada Selasa (14/6) karena terbatasnya penjualan CPO dari Bengkulu. Data itu didapat Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko Meri Marlina dari 10 pabrik.

Tim perumus harga komoditas perkebunan kelapa sawit menetapkan harga jual TBS sawit tingkat pabrik tertinggi di level Rp3.200 per Kg, sedangkan yang terendah Rp2.400 per Kg.

Namun, beberapa dijual lebih rendah dari harga tersebut. Yakni, Rp1.370 per Kg dari Rp1.500 per Kg di PT Daria Dharma Pratama. Diikuti di PT Usaha Sawit Mandiri turun dari Rp1.480 per Kg menjadi Rp1.280 per Kg, serta Rp1.350 di PT Bumi Mentari Karya dari sebelumnya Rp1.500.

Sementara di Riau, harga TBS sawit periode 15-21 Juni 2022 tercatat Rp2.726,70 per Kg, naik tipis dari pekan sebelumnya, yaitu Rp2.720,66 per Kg.

Selain harga TBS yang anjlok, petani juga meminta pemerintah untuk kompos pengganti pupuk harganya naik hingga 300 persen. Lalu, petani meminta pemerintah tidak hanya mengurus masalah minyak goreng yang bisa ditangani dengan subsidi lewat Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Petani juga meminta Presiden Jokowi untuk mencopot menteri-menteri yang tidak bisa menangani permasalahan kelapa sawit.

"Kami meminta kepada Pak Jokowi untuk menyelamatkan kami petani sawit. Kami meminta Pak Jokowi mencopot menteri-menteri yang tidak sejalan dengan pemerintahan Jokowi," ujar petani.(CNN indonesia)


No comments

Powered by Blogger.