Sepak Bola Indonesia Darurat VAR

VAR tak hanya membutuhkan dukungan teknologi tetapi juga keberadaan sumber daya manusia yang andal. (ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA)

Di mana pun keadilan harus ditegakkan, termasuk dalam sepak bola. Sudah lama wasit menjadi sorotan di Indonesia dan baru saja kembali terjadi lagi. Kebutuhan akan Video Assistant Referee (VAR) makin tak tertahankan.

Mantan pemain Timnas Indonesia Hamka Hamzah yang kini menjabat sebagai manajer klub Rans Nusantara FC menyuarakan kegelisahan di media sosial.

"SEPAKBOLA KITA SUDAH SANGAT DARURAT DAN MEMBUTUHKAN VAR...Seperti Yang saya Bilang Selalu PASTI SEMUA TIM AKAN DI RUGIKAN DENGAN KEPUTUSAN2 DARI WASIT...MAKA DARI ITU "VAR" SANGAT MEMBANTU WASIT UNTUK MENGAMBIL KEPUTUSAN2 PENTING," tulis Hamka setelah pertandingan Rans melawan Persija.

Rans tidak dirugikan dalam laga tersebut. Yang mendapat ketidakadilan adalah Persija lantaran gol Witan Sulaeman tidak disahkan wasit.

Bola yang ditendang Witan masuk ke gawang. Hanya saja memang si kulit bulat kembali mental keluar gawang. Kejadian sangat cepat, wasit pun memutuskan tidak ada gol.

Kata-kata yang dituliskan Hamka tentu bakal mendapat dukungan karena itu tentu bukan hanya harapan Hamka seorang. Pemain, pelatih, atau pelaku sepak bola di Indonesia punya ekspektasi apa yang dilihat pada kompetisi sepak bola luar negeri bisa diterapkan di lapangan dan keadilannya dirasakan.

'Seandainya ada VAR, pasti akan lain hasilnya', lebih kurang seperti itu pikiran orang-orang yang berkecimpung di sepak bola nasional.

Jika ucapan Hamka adalah doa, maka gemuruh ucapan 'amin' niscaya akan terdengar.

Kejadian gol Witan hanya salah satu dari sekian kejadian yang membuat penonton mengernyitkan dahi akan keputusan wasit. Apalagi jika dihitung kejadian-kejadian model begini sering terjadi di bawah level Liga 1.

Ketika para pemain sudah berupaya mengeluarkan kemampuan terbaik hingga peluh bercucuran, namun tidak dibarengi dengan aspek lain termasuk wasit yang berjalan dengan baik maka akan memunculkan syak wasangka akan kecurigaan.

Situasi tersebut akan memunculkan tuduhan-tuduhan terus menerus dan kelak lambat laun bakal menggoyahkan semangat berkompetisi para pemain. Lebih lanjut tentu harapan-harapan tinggi akan prestasi sepak bola akan pudar.

Harapan keberadaan VAR di Indonesia sudah berlangsung lama, seiring keberadaan teknologi tersebut di luar negeri, dan kembali menghangat seiring janji Ketua Umum PSSI Erick Thohir pada Mei 2023. Saat itu Erick menyatakan VAR akan dipakai pada Liga 1 2023/2024, tepatnya pada pertengahan musim.

Pada perkembangan selanjutnya, Erick menyatakan VAR siap dipakai di Liga 1 pada Februari 2024.

Kendati pada awalnya ada pro dan kontra soal penggunaannya, namun kini VAR sudah menjadi bagian penting. VAR adalah sebuah kemajuan dalam mendukung iklim sepak bola yang sehat.

VAR bisa dibilang rumit dan njelimet. Oleh karena itu butuh persiapan untuk diterapkan. Ini bukan sekadar alat komunikasi wasit atau alat semprot penanda tendangan bebas dan pagar betis.

Guna mengimplementasikan VAR maka Sumber Daya Manusia (SDM) wajib memiliki kemampuan tambahan, stadion harus memiliki standar tertentu yang bisa menyediakan tempat untuk puluhan kamera terpasang. Biaya yang dibutuhkan pun tidak sedikit.

Secara teknis, sebagaimana diatur FIFA, VAR bisa digunakan jika pertandingan tersebut direkam dengan menggunakan 42 kamera di berbagai sudut, termasuk kamera slow-motion.

Rekaman 42 kamera itu yang menjadi acuan wasit setelah ditransmisi dan dikaji lewat video operation room (VOR), assistant video assistant referees (AVAR), dan referee review area (RRA).

Praktiknya sangat ketat. FIFA membuat aturan yang kuat untuk mengontrol kualitas VAR. Tenaga yang mengoperasikan VAR, termasuk wasit, juga memiliki sertifikasi khusus.

Lantaran demikian ribet, pelatihan wasit untuk mengimplementasikan VAR pun diadakan PSSI.

Dalam kondisi sepak bola yang kerap muncul keputusan aneh dan menghadirkan kecurigaan, VAR bisa menjadi angin segar.

Sekalipun kelak VAR digunakan, perlu diingat kontroversi kemungkinan tetap akan muncul seperti yang terjadi di liga-liga Eropa, termasuk Liga Inggris.

VAR bukan alat atau teknologi yang menutup perdebatan karena hanya sebagai dukungan agar keputusan wasit lebih adil dan akurat serta diharapkan bisa mencegah kecurangan.

Guna meminimalisasi munculnya kontroversi setelah penggunaan VAR maka wasit dan asisten wasit harus benar-benar kredibel dan bisa dipercaya dalam mengambil keputusan. Selain itu ada juga faktor teknologi yang bisa saja memunculkan kesalahan teknis.(CNN indonesia)

No comments

Powered by Blogger.