Alasan Harga Minyak Mentah Dunia Turun Terus

Harga minyak mentah dunia turun terus. Saat ini, harganya dibanderol di kisaran US$86 per barel. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria).

JAKARTA -- Harga minyak dunia turun terus dalam beberapa waktu belakangan. Harga minyak mentah yang sempat menembus US$130 per barel saat perang Rusia-Ukraina berkecamuk dan Rusia dihujani sanksi oleh negara Barat, kini hanya tersisa sedikit saja di atas separuhnya.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober anjlok 3,3 persen ke posisi US$86,61 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November merosot 3,4 persen ke US$92,36 per barel di London ICE Futures Exchange.

Lalu, kenapa harga kedua kontrak minyak bisa jatuh di saat Rusia-Ukraina masih gencatan senjata dan larangan impor minyak Rusia oleh negara Barat? Analis Energi untuk EMEA & Asia di StoneX Group Harry Altham mengungkapkan pasar khawatir terhadap kebijakan zero covid-19 yang berdampak pada penguncian wilayah (lockdown) China.

Sebab, pembatasan mobilitas China telah menghantam permintaan minyak. Ujung-ujungnya, ada ancaman perlambatan ekonomi global semakin nyata. Belum lagi, lonjakan inflasi menghantui.

"Pelemahan (permintaan) yang datang dari China telah memainkan peran penting dalam menurunkan harga (minyak mentah)," ujar Altham, Kamis (1/9).

"Selain itu, ada kekhawatiran kehancuran permintaan minyak di seluruh negara Barat karena suku bunga naik dan inflasi global mencengkeram," lanjutnya.

Alasan lainnya, Wakil Presiden Senior Perdagangan BOK Financial Dennis Kissler menuturkan penguatan dolar AS terhadap mata uang asing yang membuat harga minyak lebih mahal diperdagangkan.

"Penguatan dolar AS mengakibatkan likuidasi dana lebih lanjut dalam perdagangan minyak mentah berjangka," terang dia.

Selain itu, pasar juga tengah memperhatikan data stok bahan bakar AS. Badan Informasi Energi AS melaporkan bahwa persediaan minyak mentah negara itu turun 3,3 juta barel pekan lalu. Analis yang di survei oleh S&P Global Commodity Insights memperkirakan pasokan minyak mentah AS turun kembali sebanyak 1,9 juta barel.(CNN Indonesia)




No comments

Powered by Blogger.